Memaparkan Masalah, Menawarkan Solusi untuk Pulau Harapan

UJARAN.SINJAI – Kegiatan Focus Discussion Group (FGD) sukses dilaksanakan di Aula Kantor Desa Pulau Harapan. Senin, (19/10/20)

Dengan tema “Analisis Potensi Desa Pulau Harapan berbasis PENTA HELIX dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals /SDGs)”

Kegiatan ini tindak lanjut dari pendataan profil, potensi dan perkembangan desa yg telah dilaksanakan selama 60 hari. Dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan Forum Kajian Potensi Desa (FKPD) Wanua Institut.

Pendataan difokuskan pada potensi ekonomi dan problem sosial di Desa. Dimana aparat Desa, Kepala Dusun RT dan RW serta tokoh masyarakat ikut dalam kegiatan tersebut dan turut hadir undangan Kapolsek Pulau Sembilan, Penyuluh Perikanan Sinjai, dan Camat Pulau Sembilan.

Adapun point pembahasan FGD yaitu budidaya rumput laut jenis Euchema spinosum. Jumlah petani rumput laut 438 orang dengan jumlah tali 93.355 bentang budidaya rumput laut.

Sedangkan jumlah produksi rumput laut di desa pulau harapan berjumlah 3.162,6 ton untuk frekuensi bulan januari-september 2020, jumlah produksi ini 1% dr total produksi nasional. NIlai jual produksi Rp. 18.118.875.000.

Terbatasnya gudang dan lahan jemuran rumput laut menjadi kendala produksi rumput laut. Jumlah jemuran 114 buah dengan luasan 11.257 meter persegi.

Besarnya jumlah produksi, membutuhkan gudang untuk menampung produksi rumput laut. Jika luasan lantai jemur 25.000 meter persegi produksi bisa meningkat menjadi 5.000 per tahun. Produksi ini bisa menjadi peluang PERUSDA mendirikan industri pengolahan rumput laut di Kabupaten Sinjai.

Rumput laut jenis Euchema spinonosum sebagai penghasil karagenan dengan kandungan iota menjadi kebutuhan pasar internasional. Kandungannya digunakan untuk aplikasi Makanan, obat-obatan Kosmetik, Tekstil, Cat, Pasta gigi sebagai bahan stabilizer (penstabil), thickener (bahan pengentalan), pembentuk gel, pengemulsi.

Direktur FKPD Wanua Institut Forum Kajian Potensi Desa (FKPD), Abdul rahman mengungkapkan bahwa ada beberapa persoalan yang menjadi kendala masyarakat

“Persoalan lain yang dihadapi nelayan, di pulau masih kesulitan mendapat BBM, Kebutuhan BBM solar nelayan sekitar 750.000 liter /tahun. Mereka harus ke sinjai untuk mendapatkan BBM. Biaya angkut BBM biasa dikenakan rp.1.000 perliter. Maka kehadiran pertamina nelayan solar peacked dealer nelayan (SPDN) menjadi solusi bagi masyarakat nelayan di Pulau Sembilan,” jelas Abdul Rahman yang juga Dosen Ekonomi IAIM Sinjai.

“Pemukiman menjadi masalah serius di Pulau Kambuno. Dalam 1 rumah dihuni 2-4 keluarga dan 41 rumah di bangun diatas laut. Masyarakat sangat berharap bisa mendapatkan bantuan perumahan nelayan untuk mendapat hunian yang layak, sempitnya lahan untuk pemukiman, serta padatnya rumah menimbulkan masalah sosial dan kesehatan. Masih banyak problem fundamental lainnya yg belum sempat dibahas dalam FGD potensi desa tersebut,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Desa Pulau Harapan, Harsan mengatakan, pemetaan potensi sangat dibutuhkan dalam menyusun pembangunan yang berkelanjutan.

“Pemetaan potensi ini sangat dibutuhkan pemdes sebagai dasar acuan dalam menyusun pembangunan berkelanjutan (SDGs), analisis dan pembahasan potensi dari lembaga kajian dan akademisi bisa memberikan solusi problem dasar di Pulau Harapan, terutama mencarikan pasar untuk produksi rumput laut 3.100 ton per Januari – September 2020, produksi ini bisa dijadikan pabrik pengolahan atau industri di Pulau Harapan,” tandasnya. (Ril/Accullk)

0 Comments