Tentang La Sapi, ini Uraian Inovator

Foto : Kiri (drh. Mappamancu), Kanan (La Sapi versi android)

UJARAN.SINJAI – Inovasi yang digagas oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sinjai diganjar penghargaan. Adalah Layanan Seluler Peternakan Terintegrasi (La Sapi) oleh inovator drh. Mappamancu kini menambah rentetan prestasi Pemkab Sinjai khususnya dalam bidang peternakan.

Pasalnya, inovasi La Sapi masuk kategori Top 30 Inovasi Pelayanan Publik tingkat Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) tahun 2020 yang diserahkan langsung oleh Sekprov Sulsel, Abdul Hayat kepada drh. Mappamancu, di Hotel Claro, Kota Makassar, Kamis (12/11/20) lalu

Inovator La Sapi, drh. Mappamancu saat dihubungi oleh wartawan Ujaran, Minggu (15/11/20) sore ini mengatakan, inspirasi tersebut berangkat dari keresahan oleh para pelaku kejahatan mama minta pulsa yang marak beberapa tahun lalu melalui SMS broadcast.

“Kami ada pengalaman pribadi, dimana ada keluarga yang tinggal di pelosok desa menjadi korban yang awal kejadiannya adalah karena membaca SMS. Berangkat dari situlah kami berpikir bahwa mengirimkan SMS kepada peternak tentang manajemen peternakan dan kesehatan hewan termasuk info jual beli akan bisa membantu penyampaian informasi kepada peternak melalui SMS broadcast,” kata Mappamancu.

Olehnya itu, ia sangat termotivasi untuk membuka sumbatan informasi kepada peternak di Kabupaten Sinjai. Pihaknya menginginkan ada sebuah platform penyampaian informasi kepada peternak yang bisa dilakukan dalam segala situasi tanpa menggangu aktivitas peternak maupun terkendala ruang dan waktu.

Ide yang digagas oleh Mappamancu pada tahun 2017 lalu mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Sinjai dan Australia Global Alumni melalui Alumni Grant Scheme yang selanjutnya diadministrasikan oleh Australia Awards Indonesia.

Saat ditanya terkait trend dari La Sapi, Mappamancu menuturkan, telah ada riset yang menunjukkan kepuasan para peternak yang ada di Kabupaten Sinjai.

“Alhamdulillah riset La Sapi telah dilakukan bentuk tulisan ilmiah, salah satunya yang menjadi objek penelitian skripsi adek-adek mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Sinjai (UMSI) yang menunjukkan bahwa cara yang kami gagas ini sangat efektif dan memberikan informasi kepada peternak sekaligus meningkatkan pelayanan publik di Sinjai,” terangnya.

Tahun ini, pada Februari 2020 diketahui bahwa La Sapi versi android telah diluncurkan di Google Play Store dengan pendanaan Australia Global Alumni yang melahirkan satu gagasan baru yakni Penyuluhan Digital Sejahterakan Peternak Sinjai (Pelita Senja).

“Sebagai sebuah aplikasi baru kami tidak bisa mengklaim La Sapi ini menasional, tapi dengan platform android, maka itu bisa digunakan secara nasional,” ujarnya.

Alumni Universitas Udayana Bali ini juga mengungkapkan bahwa La Sapi versi android masih memerlukan sosialisasi lebih luas. Karena dirinya yakin apabila ini bermanfaat buat peternak dan masyarakat Sinjai, maka akan jadi alat sosialisasi efektif ke level lebih luas lagi. Namun, ia mengaku fokus menggarapannya adalah di Kabupaten Sinjai.

“Alhamdulillah, aplikasi ini sudah mendapatkan perhatian spesial dari Kementerian Pertanian. Salah satu akun media sosial Ditjen Peternakan dan Kesehatan Kementan RI membuat video tentang aplikasi android La Sapi,” ungkapnya.

Namun, ujar Mappamancu tak bisa dipungkiri salah satu kemungkinan negatif dari aplikasi tersebut adalah penjualan ternak fiktif melalui aplikasi La Sapi. Olehnya itu, pihaknya memberikan syarat kepada para pengguna La Sapi versi android.

“Untuk itu semua ternak sapi yang akan dijual di La Sapi harus memiliki kartu kepemilikan ternak resmi dari Pemerintah, harus memiliki dokumen resmi serta identitas resmi pemiliknya. Wajib ada,” kunci Mappamancu. (Red/Pensa)

0 Comments