Jaringan Teroris Menyasar Millenial

Foto: Penangkapan teroris (ilst/google)

UJARAN.JAKARTA – Karo Penmas Mabes Polri, Brigjen Pol Rusdi Hartono mengatakan kelompok terorisme kerap berkamuflase saat melakukan aksinya.

Polri menyebut bahkan tak sedikit dari mereka yang menantang penindakan yang dilakukan aparat dengan kedok kebebasan berpendapat.

“Sering sekali terjadi di masyarakat ketika dia bicara bahwa ini kebebasan berpendapat padahal kami dari Polri tentunya bisa mengetahui latar belakang dari pada kelompok-kelompok ini,” kata Rusdi saat hadir sebagai narasumber pada Public Virtue, Minggu (4/4/21).

Dikatakan Rusdi dalam diskusi bertema Bom di Makassar dan Penembakan di Mabes Polri, Perspektif Toleransi dan Demokrasi bahwa kebanyakan aksi teror akan didahului dengan narasi-narasi radikal, namun ketika mulai ditindak oleh aparat, mereka berkilah.

Jendral bintang satu itu juga menekankan pihaknya tentu tak akan serta merta melakukan penindakan pada kelompok yang memang tak dicurigai berafiliasi dengan tindakan radikalisme berujung terorisme. Apalagi, sambungnya, aparat kepolisian sangat mendukung dan sepakat terkait iklim demokrasi yang sehat.

“Bagaimana demokrasi di dalamnya toleransi pun hidup dengan sehat dengan cara cara seperti ini, demokrasi yang sehat toleransi juga sehat,” kata dia.

Dia pun kembali menegaskan penindakan terorisme yang dilakukan aparat kepolisian tak akan mengancam demokrasi yang ada di Indonesia.

“Tentunya yang terakhir kami ingin menjelaskan, menegaskan kembali bahwa penindakan aksi teror tidak mengancam demokrasi karena suara kritis itu tidak menjadi target sasaran daripada penanganan terorisme,” jelasnya.

Rusdi juga mengatakan saat ini jaringan teroris mulai menyasar anak muda. Hal ini terbukti dari dua aksi terakhir yang diketahui pelakunya rata-rata merupakan kelahiran 1995 atau berada di usia 20-an tahun.

Diurainya bahwa pelaku penembakan yang terjadi 31 Maret lalu di Mabes Polri misalnya, dilakukan oleh seorang perempuan kelahiran 1995 berinisial ZA.

Sasaran terhadap anak muda ini kata dia, tentu menggunakan cara-cara yang saat ini tengah booming di kalangan mereka; menggunakan medium internet atau media sosial.

“Tentunya ketika kita bicara bahwa ZA melakukan sendiri, di dalamnya adalah dimungkinkan apa yang didapat oleh ZA yang dipahami dari ZA itu bersumber dari internet,” tandasnya. (red/pensa)

0 Comments