Pemilihan Duta Kampus Se-Sulsel : RIP Balai Sidang Unismuh Makassar

UJARAN.OPINI – Di tahun 2022, bulan Juni tak selalu identik dengan hujan, kopi dan kenangan, tapi ada banyak peristiwa yang menuai banyak sorotan mata.

Tak luput dengan kejadian baru-baru ini di Balai Sidang Muktamar Muhammadiyah yang ke 47 di Unismuh Makassar. Dimana pemilihan Duta Kampus Se-Sulsel yang dilaksanakan di Gedung Balai Sidang Unismuh Makassar secara tidak langsung menjatuhkan citra dan marwah Amal Usaha Muhammadiyah sebagai ormas Islam.

Pasalnya, pemilihan Duta Kampus di Gedung Balai Sidang Unismuh justru mempertontonkan gaya pakaian liberal yang malah direspon dengan tepuk tangan. Tidak mengherankan jika hal demikian dihujani kritikan yang berujung pada pemberhentian kegiatan.

Lantaran belakangan ini memang Unismuh banyak melahirkan wacana yang ramai diperbincangkan. Mulai dari kebijakan pimpinan universitas yang cenderung mematikan kebebasan mahasiswa dalam berekspresi hingga pembungkaman kepada mereka yang mencari keadilan.

Kegiatan ini salah satu langkah yang patut di apresiasi, bahwa Unismuh sudah tidak kaku dengan modernisasi sistem yang lagi naik daun. Namun disisi lain ada yang tidak sejalan dengan pengaplikasian sistem di internal terkhusus kebijakan mahasiswa yang justru tidak mengikuti trend modernisasi, dimana mahasiswa tertekan melalui aturan yang mengikat.

Hal itu terkesan eksentrik yang akibatnya semangat untuk memperjuangkan Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar yang selama ini menjadi nawacita gerakan Muhammadiyah justru diciderai oleh kaum-kaum elite yang mengatasnamakan diri sebagai Warga Muhammadiyah.

Terlepas dari gaya pakaian dan hal apa saja yang dipertontonkan dalam event tersebut, bagi Penulis sama sekali tak terlalu mempermasalahkan. Hanya saja yang menjadi soal adalah penempatan lokasi kegiatan yang salah kaprah.

Kenapa tidak, hal demikian tentunya akan menenggelamkan Catur Darma Kampus sebagai Lembaga Islami. Seharusnya tempatnya bukan disini, apalagi direspon dengan alasan mis komunikasi.

Maka yang perlu disoroti adalah pimpinan Kampus yang ringan tangan memberi izin kegiatan. Sementara persetujuan untuk melaksanakan pengkaderan di tingkat HMJ adalah doa yang selama ini belum diaminkan oleh pimpinan. Giliran kegiatan yang berimplikasi pada kepentingan beberapa golongan sangat mudah diizinkan. Sungguh miris…

Juga tak kalah penting untuk dievaluasi kepada pengelola Balai Sidang. Bahwasanya perlu lebih selektif lagi dalam memilih dan memilah kegiatan secara proporsional. Dimana tak selayaknya mengizinkan kegiatan dengan event mempertontonkan belahan dada dan paha di ruang lingkup Muhammadiyah.

Jangan menghalalkan segala cara hanya karena alasan rupiah lalu semua berakhir dengan kata sah. Tentu kita semua punya harapan besar, bahwa Unismuh menjadi perguruan tinggi yang unggul, bermutu dan Islami.

Maka hal yang bisa merusak dan mencoreng nama baik amal usaha dan persyarikatan mesti dihindari dan ditinggalkan. Kita tidak ingin Unismuh terjebak dalam degradasi moral di tengah arus modernisasi.

Penulis : Zul Jalali Wal Ikram, Kabid RPK Pikom IMM Fisip Unismuh Makassar

“Tulisan tanggungjawab penuh penulis”

0 Comments