Tampak dari depan klinik mata hasanuddin |
UJARAN - Di salah satu klinik mata di perbatasan Gowa-Makassar yang melayani peserta JKN-KIS, terjadi sebuah insiden yang mencoreng profesionalisme dunia kesehatan Indonesia.
Malam itu, sekitar pukul 20.00 WITA seorang warga Gowa sebut saja Rahmi (nama samaran) berniat memeriksakan mata anggota keluarganya di Klinik Mata Hasanuddin yang berlokasi di Perbatasan Gowa - Makassar.
Sesampainya di sana, lampu klinik masih terang benderang dan terbuka, sehingga Rahmi mengira klinik tersebut masih melayani pasien.
Namun, Rahmi bercerita ketika masuk ke dalam, ia mendapati ruangan dipenuhi oleh anak-anak muda yang tengah asyik bermain TikTok. Saat ditanya, mereka menjawab bahwa klinik sudah tutup sejak pukul 18.00 WITA.
Hal ini menimbulkan kekecewaan karena lampu yang masih menyala dan pintu yang tidak terkunci seharusnya menunjukkan bahwa klinik masih beroperasi.
“Saya sangat kecewa pak, saya mau berobat tapi ternyata orang main tik tokji kudapat. Kalau memang pelayanan sudah beraakhir sebaiknya ditutup saja kliniknya atau paling tidak memasang papan informasi” ujarnya. Senin (3/6/24)
Akhirnya, dengan terpaksa Rahmi melanjutkan pencarian klinik yang lain dan menemukan klinik lain yang buka 24 jam.
Perilaku tidak profesional dari petugas dan oknum dokter di Klinik Mata tersebut ini sangat disesalkan. Mereka menggunakan fasilitas klinik untuk bermain TikTok hingga larut malam.
Sebagai seorang profesional, memahami pentingnya waktu dan batasan dalam menggunakan fasilitas kantor untuk hal pribadi sangatlah penting. Klinik Mata tersebut menunjukkan sikap yang jauh dari profesionalisme, terutama dugaan dari dokter yang menjadi dalang aktivitas bermain TikTok bersama karyawannya di dalam klinik.
Masyarakat Gowa yang berpendidikan dan memahami bagaimana seharusnya seorang profesional berperilaku, sangat menyayangkan kejadian ini. Dokter TikToker dari Klinik Mata ini jelas tidak menunjukkan jiwa profesional.
Masyarakat membutuhkan dokter yang memiliki kharisma dan karakter layaknya seorang profesional sejati, bukan dokter yang bisa menjadikan pasien atau keluarganya sebagai bahan konten TikTok. Hal ini sangat merusak citra dunia kesehatan di mata masyarakat.
“Kami masyarakat Gowa berharap tidak adanya pemberi jasa pelayanan kesehatan seperti oknum-oknum tersebut di Gowa. Kami berharap adanya perhatian pemerintah setempat untuk menindaki kelakuan mereka” Harap Rahmi.
Hingga berita ini ditulis, awak media masih berusaha mengkonfirmasi pihak terkait. (*)
0 Comments