Dosen Nobel Indonesia Institute Sulap Limbah Sisik Bandeng Jadi Aspic Jelly



UJARAN, Makassar - Program studi Teknologi Hasil Perikanan (THP) dan Teknik Industri Nobel Indonesia Institute, berkolaborasi mengelola limbah sisik ikan bandeng menjadi produk Aspic Jelly.

Prosesi pengelolaan sendiri dilakukan di UMKM Batari Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Jl. Matahari, Kelurahan Bontokio, Kecamatan Minasatene, Selasa (13/8).

Kaprodi Teknologi Hasil Perikanan (THP), Rasdi, S.Pi., M.Si. mengatakan, kegiatan ini merupakan hasil kajian atau penelitian dosen di ITB Nobel Indonesia. Hasil dari penelitian ini diberikan dan diaplikasikan kepada peserta UMKM Batari Pangkep.

“Kami dari dosen ITB Nobel Indonesia yang terdiri dari dosen Teknologi hasil perikanan dan Teknik industri merasa sangat terhormat dan bersyukur dapat hadir di tengah-tengah Ibu pemilik dan pengelola UMKM,” terangnya.

Ia melanjutkan, pihaknya berharap dapat berbagi ilmu pengetahuan, keterampilan, dan teknologi yang kami miliki untuk membantu mengoptimalkan proses pengolahan produk-produk UMKM Batari Pangkep.

“Kami yakin bahwa dengan kolaborasi yang baik antara perguruan tinggi dan masyarakat (UMKM), dapat menghasilkan nilai tambah/nilai ekonomi dari produk yang dihasilkan,” tambahnya.

Rasdi menambahkan, kegiatan pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang bertujuan untuk memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan masyarakat, khususnya di bidang perikanan dan pengolahan hasil perikanan.

“Mungkin selama ini ikan bandeng hanya dibuat batari, otak, dimaum dan sebagainya, terus sisiknya kita buang begitu saja, padahal itu masih bisa dimanfaatkan sehingga bisa menghasil value/keuntungan yang lebih, salah satunya dengan membuat Aspic Jeli dari sisik ikan bandeng,” lanjut Rasdi.

Disisi lain, Direktur UMKM Batari Pangkep, Diva Awaliyah Nurul Qalbi berkata pihaknya bersyukur sebab lokasinya dimanfaatkan sebagai tempat PKM. “Karena memang selama ini sisik hasil pembuatan produk ikan bandengnya hanya dibuang atau diberikan ke orang untuk dijadikan pupuk. Produk ini bisa menjadi produk inovatif. Jadi kami berharap kegiatan ini tidak berhenti sampai disini,” tandas Diva. (ifan)

0 Comments