Kotak Kosong atau "Andi Utta" Kalah? Menakar Dinamika Pilkada Bulukumba di Tengah Konstelasi Pilgub Sulsel

Arman Firdaus, Ketua PKN Bulukumba

UJARAN, Bulukumba — Mendekati pendaftaran Pilkada yang dijadwalkan pada 27 Agustus 2024, suasana politik di Sulawesi Selatan semakin memanas. Salah satu isu yang menarik perhatian adalah kemungkinan munculnya kotak kosong sebagai lawan dari calon tunggal dalam kontestasi politik, khususnya di Kabupaten Bulukumba. Isu ini mengingatkan pada sejarah Pilwalkot Makassar di mana kotak kosong pernah memenangkan pertarungan, menegaskan bahwa sistem demokrasi tetap berjalan meski tanpa pesaing nyata.

Fenomena kotak kosong sering kali dipandang sebagai anomali, namun sesungguhnya merupakan bagian dari dinamika demokrasi. Ketika elite politik mengusung calon tunggal, mereka tentu telah mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk elektabilitas, popularitas, dan dukungan sumber daya yang dimiliki calon tersebut. Kendati demikian, keputusan akhir tetap berada di tangan masyarakat.

Dalam konstelasi politik Sulawesi Selatan, pasangan calon gubernur Andi Sudirman Sulaiman dan Fatmawati Rusdi telah mendapatkan dukungan dari partai-partai besar seperti Nasdem, Golkar, Demokrat, dan Partai Solidaritas Indonesia. Dukungan ini tidak hanya memperkuat posisi mereka di Pilgub, tetapi juga memberikan dampak signifikan pada Pilkada di tingkat kabupaten, termasuk Bulukumba. 

Sebagai petahana, Bupati Andi Muchtar Ali Yusuf harus cermat dalam menentukan langkah strategis, khususnya dalam memilih calon wakil bupati yang tepat. Kekuatan daya tariknya masih kuat, membuatnya menjadi figur yang diperebutkan oleh calon pendamping potensial. Namun, dengan makin dekatnya pendaftaran, spekulasi mengenai apakah ia akan menghadapi kotak kosong atau lawan nyata semakin mengemuka.

Beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan, termasuk Bulukumba, kini berpotensi menghadapi skenario kotak kosong. Meski demikian, ada juga kemungkinan bahwa partai-partai akan mencari cara untuk menghindari kotak kosong dengan memajukan calon pendamping sebagai alternatif, menciptakan sebuah kontestasi yang lebih berwarna. 

Tantangan melawan kotak kosong tidaklah mudah, dan bisa jadi membutuhkan strategi dan taktik yang lebih kompleks dibandingkan menghadapi lawan konvensional.

Arman Firdaus, Ketua PKN Bulukumba, menekankan pentingnya menghadirkan calon pendamping dalam Pilkada. Meskipun kotak kosong adalah bagian dari demokrasi, ia menilai bahwa keberadaan calon lain akan lebih baik untuk mencegah sentralisasi kekuasaan. 

"Meskipun kotak kosong adalah bagian dari dinamika demokrasi, tapi seyogianya lebih baik mewujudkan calon pendamping daripada kotak kosong agar kekuasaan tidak tersentralisasi dan homogen," ujar Arman kepada ujaran.

Dengan dinamika yang terus berkembang, Pilkada Bulukumba 2024 menjadi arena politik yang penuh dengan ketidakpastian. Efek dari Pilpres baru-baru ini, yang mencerminkan polarisasi antara Prabowo dan Jokowi, juga berpotensi mempengaruhi konstelasi politik lokal. Elite politik mungkin akan mendorong keseragaman dukungan dari pusat hingga ke daerah, dengan tujuan memudahkan konsolidasi dan pemenangan.

Namun, seperti dalam politik pada umumnya, prediksi selalu bersifat dinamis dan penuh dengan kejutan. Hanya waktu yang akan menjawab apakah Bulukumba akan menghadapi kotak kosong atau lawan yang nyata dalam Pilkada mendatang. Arman Firdaus menyimpulkan, 

"Harapan besar saya adalah semoga proses pilkada dapat berjalan dengan baik dan lancar, sesuai dengan harapan. Jadikan momentum pilkada hanya sebagai ajang bertanding saja." ujarnya.

Dengan segala dinamika ini, satu hal yang pasti: Pilkada Bulukumba 2024 akan menjadi momen penting yang menentukan arah masa depan politik daerah ini. (jj)

0 Comments