UJARAN, Bali – Indonesia melalui Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri, Kementerian Sekretariat Negara (Biro KTLN, Kemensetneg), bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) serta United Nations Population Fund (UNFPA) Indonesia, menyelenggarakan kegiatan South-South and Triangular Cooperation (SSTC) di Bali pada 4-7 November 2024. Program ini difokuskan untuk berbagi pengetahuan dan praktik terbaik dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi, terutama dalam konteks Islam.
Acara ini dihadiri oleh delegasi dari Bangsamoro Autonomous Region in Muslim Mindanao (BARMM), Filipina, yang mencakup perwakilan berbagai lembaga, termasuk Kementerian Kesehatan, Komisi Kependudukan dan Pembangunan, Kantor Kesehatan Provinsi, dan Komisi Perempuan Bangsamoro. Para delegasi mendapat pelatihan intensif mengenai pentingnya peran organisasi Islam dalam Keluarga Berencana, pengurangan stunting melalui pemberdayaan masyarakat, dan berbagai inisiatif kesehatan reproduksi.
Pembukaan acara diawali dengan pemutaran lagu kebangsaan Indonesia dan Filipina, diikuti sambutan dari berbagai perwakilan pihak terkait. Mary Jane Casimiro, salah satu perwakilan peserta dari BARMM, menyampaikan apresiasi atas kesempatan untuk belajar langsung dari pengalaman Indonesia dalam mengelola program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Ia juga berterima kasih atas sambutan hangat dari pihak panitia.
Kepala Perwakilan UNFPA Indonesia, Hassan Mohtasmi, menyatakan bahwa program SSTC memperlihatkan kekuatan kolaboratif Indonesia dalam kancah internasional, terutama dalam bidang perencanaan keluarga. Menurutnya, keterlibatan ulama dalam program ini menjadi faktor keberhasilan utama dan menjadikannya program unggulan Pemerintah Indonesia.
Ida Ayu Ima Primashanti, Ketua Kelompok Kerja SSTC, menambahkan bahwa kerjasama erat antara Indonesia dan Bangsamoro telah berlangsung hampir satu dekade. Ia menyatakan bahwa SSTC berfungsi sebagai instrumen penting dalam berbagi pengetahuan antarnegara berkembang dan menekankan pentingnya evaluasi bersama demi perbaikan program.
Primashanti juga menyoroti pemilihan Bali sebagai lokasi SSTC. Menurutnya, Bali sebagai provinsi mayoritas Hindu menunjukkan bagaimana program-program berbasis nilai-nilai Islam dapat diterapkan dengan sukses dalam masyarakat yang beragam. Hal ini menjadi contoh bagi negara-negara berkembang lainnya.
Perwakilan dari Pemprov Bali, Gede Pramana, menyampaikan bahwa keragaman agama di Bali tidak pernah menjadi hambatan dalam implementasi program KB dan Kesehatan Reproduksi. Ia juga menjelaskan bahwa Bali telah menerapkan kebijakan layanan kesehatan reproduksi yang inklusif, termasuk bagi penyandang disabilitas.
Kegiatan SSTC ini diakhiri dengan sesi pelatihan dari berbagai narasumber. Selama berada di Bali, para delegasi akan mengunjungi lokasi-lokasi penting, seperti Kampung KB dan lembaga lokal lainnya, untuk mempelajari secara langsung implementasi dan dampak program terhadap masyarakat setempat.
0 Comments