Prof Sukardi Weda, Guru Besar Universitas Negeri Makassar (UNM), menyoroti bahwa masalah ini tidak hanya merusak nama baik kampus tetapi juga mencerminkan lemahnya pengawasan internal. |
Prof Sukardi Weda, Guru Besar Universitas Negeri Makassar (UNM), menyoroti bahwa masalah ini tidak hanya merusak nama baik kampus tetapi juga mencerminkan lemahnya pengawasan internal. “Ada yang melibatkan orang berpendidikan tinggi, bergelar doktor, bahkan profesor. Ini sangat memprihatinkan,” ujar Sukardi dalam analisisnya.
Menurut Sukardi, untuk mengatasi permasalahan ini, langkah pembentukan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) saja tidak cukup. Ia menegaskan bahwa setiap dosen perlu dibekali wawasan dan kemampuan untuk mencegah tindak pelanggaran, baik yang merugikan individu maupun institusi.
Lebih lanjut, Sukardi menyoroti peran penting seorang rektor dalam menciptakan lingkungan kampus yang bersih dari perilaku negatif. “Rektor seharusnya turun ke lapangan, berinteraksi langsung dengan warga kampus, dan mengunjungi fakultas serta jurusan untuk mendengar aspirasi,” ujarnya.
Ia mengkritik pola kepemimpinan beberapa rektor yang dinilai kurang peduli terhadap kondisi kampus. “Jangan hanya datang ke kampus dengan mobil dinas mewah, langsung masuk ruangan mewah, tetapi lupa kondisi lorong-lorong kampus yang pengap, kotor, dan bau,” tegas Sukardi.
Selain itu, Sukardi menekankan pentingnya hubungan yang erat antara pimpinan kampus dan civitas akademika. Interaksi langsung antara rektor dan dosen, mahasiswa, serta staf dinilai mampu menciptakan suasana saling mendukung untuk membangun kampus menjadi lebih baik.
Isu ini menjadi perhatian serius di Makassar, terlebih karena kampus-kampus besar di kota ini kerap menjadi sorotan. Prof Sukardi juga menyarankan agar kampus-kampus tidak hanya fokus pada prestasi akademik tetapi juga menjaga integritas dan nilai-nilai moral para penghuninya.
Sebagai solusi jangka panjang, ia mendorong pengawasan lebih ketat dari pihak universitas, pelibatan mahasiswa dalam upaya pencegahan, serta penerapan sistem pengawasan yang transparan. “Kampus adalah benteng terakhir pendidikan moral bangsa. Kita harus menjaganya,” tutup Sukardi.
Masalah sosial di kampus Makassar ini menjadi pengingat bahwa reformasi internal perlu dilakukan untuk mengembalikan citra pendidikan tinggi sebagai tempat lahirnya pemimpin bangsa yang berintegritas.
0 Comments