Dalam sambutannya, Ali Yafid menegaskan bahwa ibadah haji bertujuan menciptakan masyarakat yang damai dan tenteram. “Kehidupan damai selama berhaji di Tanah Suci harus diaplikasikan di tanah air,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya nilai kesetaraan dalam ibadah haji. “Di Padang Arafah nanti, semua sama di hadapan Allah. Yang membedakan hanya iman dan takwa,” ujarnya.
Ali Yafid mengajak jamaah untuk menanamkan kepedulian selama berhaji. “Yang muda bantu yang lansia, yang kaya bantu yang membutuhkan. Semangat saling membantu ini harus diterapkan,” ujarnya.
Selain aspek teknis, ia menekankan perspektif sufistik dalam berhaji. “Haji itu tidak hanya makbul, tapi harus mabrur, yang terwujud lewat perilaku baik setelah kembali ke kampung halaman,” ujarnya.
Ia mengutip pandangan Prof. Quraish Shihab tentang makna haji. “Haji adalah janji kepada Allah untuk melaksanakan segala perintah-Nya. Sai, misalnya, melambangkan usaha maksimal di dunia, disertai rasa syukur atas apa yang diberikan Allah,” ujarnya.
Menurutnya, Ka’bah sebagai rumah pertaubatan adalah alasan utama umat Islam berhaji. “Kita ke Tanah Suci untuk mengakui dosa dan bertaubat, agar menjadi manusia yang lebih baik,” ujarnya.
Kepala Kemenag Maros, H. Muhammad, menyatakan bahwa bimbingan manasik haji di Kabupaten Maros berlangsung tanpa pungutan tambahan. “Seluruh biaya resmi, dan jamaah akan dibimbing hingga ke Tanah Suci,” ujarnya.
Acara ini dihadiri sejumlah pejabat, termasuk Kabid PHU H. Ikbal Ismail, Kasubbag TU H. Abdul Kadir, dan Ketua KBIHU Hawaisyah Maros, Ahmad Quraish. Bimbingan manasik bertujuan agar jamaah lebih mandiri dan fokus dalam melaksanakan ibadah.
“Kemenag hadir melayani jamaah dari Tanah Air hingga Tanah Suci. Jangan khawatir soal akomodasi, makanan, dan fasilitas, semua sudah disiapkan,” tegas Ali Yafid. “Jamaah hanya perlu fokus beribadah,” ujarnya.
0 Comments