UJARAN.CO.ID, Jakarta – Panitia Kerja (Panja) Biaya Haji 2025 mengusulkan agar tanah milik Kementerian Agama (Kemenag) yang terletak di Jeddah, Arab Saudi, digunakan untuk pembangunan rumah sakit yang dapat dimanfaatkan oleh jemaah haji Indonesia. Usulan ini disampaikan oleh Ketua Panja Biaya Haji 2025, Abdul Wachid, dalam rapat bersama Kemenag, Kementerian Kesehatan, dan Badan Penyelenggara Haji (BPH) di Kompleks Parlemen, Jakarta pada Jumat (31/12/2024).
Abdul Wachid mendengar informasi bahwa Kemenag memiliki tanah di Jeddah, yang menurutnya dapat dimanfaatkan lebih optimal. “Tanah itu untuk apa Pak? Itu mendingan tanah itu dijual Pak untuk dibelikan lagi di sana untuk rumah sakit aja itu,” ujarnya dalam rapat tersebut. Ia berharap tanah tersebut dapat dijadikan lokasi untuk pembangunan rumah sakit yang khusus untuk melayani jemaah haji Indonesia.
Lebih lanjut, Wachid menambahkan bahwa pembangunan rumah sakit tersebut bisa dibiayai menggunakan dana dari nilai manfaat yang dikelola oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). “Mendingan itu, dan nanti, kita ada BPKH nilai manfaat bisa kita membangun untuk tiap tahun berapa, tiap tahun berapa,” katanya.
Usulan pembangunan rumah sakit Indonesia di Arab Saudi ini dianggap penting karena selama ini jemaah haji Indonesia merasa kurang nyaman ketika harus dirawat di rumah sakit milik Arab Saudi. Beberapa keluhan yang sering muncul antara lain kesulitan berkomunikasi dengan tenaga medis yang ada di rumah sakit tersebut. Hal ini membuat jemaah haji Indonesia merasa kurang mendapat pelayanan yang optimal.
“Karena terus terang, orang sakit itu tidak hanya obat, ya, tidak hanya rumah sakitnya sendiri, pelayanan itu penting. Tidak bisa komunikasi juga jemaah. Makanya, jamaah rata-rata yang sakit ditaruh di rumah sakit itu enggak mau. Tidak maunya kenapa? Ya bahasa Tarzan. Mereka itu enggak ngerti,” ujar Wachid menjelaskan.
Dengan adanya rumah sakit Indonesia di Jeddah, jemaah haji diharapkan dapat memperoleh pelayanan yang lebih nyaman dan sesuai dengan harapan mereka. Wachid menyarankan agar rumah sakit ini dikelola oleh tenaga medis asal Indonesia, yang akan lebih memahami kebutuhan dan kondisi jemaah haji Indonesia.
Panja Biaya Haji juga mempertimbangkan agar rumah sakit tersebut tidak hanya dibangun, namun juga dikelola dengan baik untuk jangka panjang. “Atau kalau beli enggak bisa, kontrak berapa tahun gitu, dibangun sekalian itu,” tambah Wachid. Ia menilai, ini bisa menjadi solusi jangka panjang yang menguntungkan bagi jemaah haji Indonesia.
Rencananya, keberangkatan kelompok terbang (kloter) pertama jemaah haji Indonesia untuk Haji 2025 akan dimulai pada 2 hingga 16 Mei 2025. Puncak ibadah haji diperkirakan akan berlangsung pada 5 Juni 2025. Dengan adanya rumah sakit Indonesia yang dapat melayani jemaah haji Indonesia, diharapkan kenyamanan mereka selama melaksanakan ibadah haji dapat meningkat.
Adanya usulan ini menunjukkan perhatian serius dari pihak legislatif terhadap kesejahteraan jemaah haji Indonesia selama berada di tanah suci. Panja Biaya Haji 2025 terus mendorong agar fasilitas kesehatan yang memadai dapat disediakan bagi mereka, sehingga mereka dapat fokus dalam menjalani ibadah haji tanpa khawatir akan masalah kesehatan.
Dengan adanya rumah sakit Indonesia di Jeddah, pelayanan medis yang lebih baik bagi jemaah haji Indonesia diharapkan dapat tercapai. Selain itu, Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan diharapkan dapat segera menindaklanjuti usulan ini agar pembangunan rumah sakit dapat dimulai segera.
0 Comments