Gaji Dosen Tertunggak, Politeknik Bombana Terancam Krisis, Yayasan Diminta Bertindak


Politeknik Bombana tengah mengalami krisis serius akibat gaji dosen dan tenaga kependidikan (tendik) yang belum terbayarkan. Situasi ini semakin diperparah dengan sikap diam Yayasan Politeknik Bombana, yang dinilai tidak memberikan solusi konkret terhadap permasalahan tersebut.

UJARAN.CO.ID, BOMBANA – Politeknik Bombana tengah mengalami krisis serius akibat gaji dosen dan tenaga kependidikan (tendik) yang belum terbayarkan. Situasi ini semakin diperparah dengan sikap diam Yayasan Politeknik Bombana, yang dinilai tidak memberikan solusi konkret terhadap permasalahan tersebut.


“Kami sudah bertahan selama berbulan-bulan tanpa kepastian. Hingga kini, tidak ada solusi diberikan oleh pihak yayasan, bukan hanya soal gaji, tapi juga keberlanjutan pendidikan di Bombana,” ujar salah satu staf pengelola yang enggan disebutkan namanya.


Kondisi ini memicu kekecewaan mendalam di kalangan dosen, staf, mahasiswa, dan masyarakat. Mereka menilai, jika tidak ada tindakan nyata, maka politeknik ini akan semakin terpuruk dan gagal menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan vokasi yang berkualitas.


Selain gaji yang tertunggak, sistem pengelolaan kampus juga dinilai semakin kacau. Minimnya kebijakan yang jelas, jadwal perkuliahan yang sering berubah, serta kurangnya fasilitas menjadi bukti bahwa kampus ini tengah menghadapi krisis serius.


“Kami hanya ingin belajar dengan baik, tetapi situasi kampus semakin kacau. Jika tidak segera diperbaiki, kami takut Politeknik Bombana tidak akan berkembang,” ujar salah satu mahasiswa.


Mahasiswa dan staf mendesak pembina yayasan untuk segera mengambil langkah tegas. Mereka menuntut yayasan bertindak bukan sekadar diam melihat kondisi kampus semakin memburuk.


Selain itu, pengawas yayasan juga didesak untuk segera turun tangan. Jika yayasan dinilai tidak mampu mengelola politeknik ini, maka diperlukan langkah strategis untuk menyelamatkan masa depan pendidikan di Bombana.


Salah satu solusi yang diusulkan adalah mengalihkan pengelolaan politeknik ke Pemerintah Daerah (Pemda) agar sistem keuangan lebih transparan dan anggaran lebih terjamin.


“Jika dikelola oleh Pemda, politeknik ini berpotensi menjadi pusat pendidikan vokasi unggulan yang dapat bersaing dengan perguruan tinggi lainnya di Sulawesi Tenggara. Selain itu, kesejahteraan tenaga pendidik akan lebih terjamin, dan mahasiswa pun akan mendapatkan fasilitas serta pengajaran sesuai standar pendidikan tinggi,” ungkap seorang tendik saat ditemui.


Hingga kini, pihak Yayasan Politeknik Bombana belum memberikan pernyataan resmi terkait permasalahan ini. Mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan berharap ada langkah konkret untuk menyelamatkan politeknik dari keterpurukan.

0 Comments