Ogoh-Ogoh Tikus Berdasi di Denpasar Sindir Korupsi Indonesia


Pawai Ogoh-Ogoh dalam rangka malam pengerupukan di Bundaran Patung Catur Muka Puputan, Denpasar, berlangsung meriah pada Sabtu (29/3). 

UJARAN.CO.ID, Denpasar – Pawai Ogoh-Ogoh dalam rangka malam pengerupukan di Bundaran Patung Catur Muka Puputan, Denpasar, berlangsung meriah pada Sabtu (29/3). Salah satu ogoh-ogoh yang mencuri perhatian adalah patung Tikus Berdasi, simbol kritik terhadap maraknya korupsi di Indonesia.


Ogoh-ogoh berbentuk tikus besar itu menarik perhatian masyarakat karena memiliki makna mendalam. “Ogoh-ogoh ini melambangkan kondisi bangsa saat ini, di mana korupsi masih merajalela,” ujar salah satu peserta pawai.


Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, tampak ogoh-ogoh tersebut diiringi sorakan warga yang antusias menyaksikan pawai. “Ogoh-ogoh dengan nilai 968,5 triliun tolong yang buat ini dijaga ya,” tulis narasi dalam video yang viral.


Video tersebut langsung mendapat respons beragam dari netizen. Banyak yang mengapresiasi kreativitas pembuat ogoh-ogoh tersebut. “Ogoh-ogoh paling keren tahun ini,” ujar seorang netizen.


Baca Juga

Komentar serupa juga bermunculan di media sosial. “Terwakilkan,” timpal netizen lainnya. Kritik terhadap korupsi yang disampaikan lewat ogoh-ogoh ini dianggap sebagai sindiran tajam yang relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. “Yang setuju ogoh-ogoh ini keren,” sahut netizen lain.


Tradisi Pawai Ogoh-Ogoh sendiri merupakan bagian dari perayaan Hari Raya Nyepi yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali. Pawai ini menjadi ajang untuk menyuarakan berbagai pesan moral melalui bentuk ogoh-ogoh yang dibuat oleh masyarakat. “Kami selalu menyelipkan pesan sosial dalam setiap ogoh-ogoh,” ujar seorang panitia pawai.


Ogoh-ogoh Tikus Berdasi ini diyakini mencerminkan keprihatinan masyarakat terhadap kasus korupsi yang kerap terjadi di Indonesia. “Ini bukan sekadar patung, tapi bentuk kritik atas ketidakadilan yang dirasakan rakyat,” ujar seorang seniman pembuat ogoh-ogoh.


Antusiasme masyarakat dalam menyaksikan pawai menunjukkan bahwa tradisi ini masih sangat diminati dan memiliki makna yang kuat. “Kami ingin budaya ini tetap hidup dan berkembang,” ujar seorang warga Denpasar yang hadir dalam pawai.


Dengan semakin luasnya perhatian publik terhadap isu korupsi, kritik melalui seni seperti ogoh-ogoh menjadi cara yang efektif untuk menyampaikan pesan moral. “Kami harap pesan ini bisa sampai ke para pemimpin negeri,” ujar salah satu peserta pawai.

0 Comments