![]() |
Sejumlah umat Muslim menggelar shalat Idul Fitri lebih awal di halaman parkir Harmony, Pantai Parangtritis, Kretek, Bantul, DI Yogyakarta, pada Minggu (30/3). |
UJARAN.CO.ID, Bantul – Sejumlah umat Muslim menggelar shalat Idul Fitri lebih awal di halaman parkir Harmony, Pantai Parangtritis, Kretek, Bantul, DI Yogyakarta, pada Minggu (30/3). Pelaksanaan shalat ini didasarkan pada metode rukyatul hilal global, di mana hilal sudah terlihat di beberapa negara Timur Tengah.
Pengurus Majelis Sholawat Asyagil Kubro, Yusuf Mustaqim, menjelaskan bahwa hilal tidak terpantau di Indonesia, tetapi terlihat di negara lain. “Di Indonesia tidak terlihat hilal itu. Tetapi di negara-negara Arab sebelah barat sana kelihatan, sehingga atas dasar rukyatul hilal itu kami melaksanakan shalat Id hari ini,” ujarnya.
Ia juga menyoroti perbedaan zona waktu yang seharusnya menjadi pertimbangan dalam penentuan awal Syawal. “Misalnya Aceh kenapa harus jadi satu dengan Papua, padahal Aceh dekat dengan India dan Pakistan yang jaraknya tidak terlalu berbeda,” ujarnya.
Majelis Sholawat Asyagil Kubro merupakan komunitas yang aktif dalam kegiatan bershalawat dan dakwah Islam. Mereka kerap mengadakan kajian serta kegiatan sosial di berbagai daerah. “Kami ingin menjaga tradisi bershalawat sebagai bagian dari ibadah yang mempererat umat,” ujarnya.
Menurutnya, bershalawat dapat memberikan ketenangan hati di tengah berbagai situasi yang terjadi di Indonesia. “Bershalawat bisa menenangkan hati dalam menghadapi berbagai situasi yang terjadi di Indonesia saat ini, termasuk isu korupsi,” ujarnya.
Pelaksanaan shalat Idul Fitri ini menarik perhatian warga sekitar. Beberapa jamaah yang hadir menyambut baik keputusan untuk beribadah lebih awal berdasarkan rukyatul hilal global. “Kami mengikuti pendapat yang lebih meyakinkan bagi kami,” ujar salah satu jamaah.
Di Indonesia, perbedaan dalam penentuan Hari Raya Idul Fitri bukanlah hal baru. Beberapa kelompok memilih metode hisab, sementara lainnya menggunakan rukyat. “Kami menghormati keputusan pemerintah, tetapi kami juga berpegang pada dalil yang kami yakini,” ujar Yusuf Mustaqim.
Shalat Id ini dihadiri oleh ratusan jamaah dari berbagai daerah. Usai shalat, mereka mengadakan doa bersama dan saling bermaafan dalam suasana penuh kekhidmatan. “Kami bersyukur bisa merayakan Idul Fitri dengan khusyuk,” ujar salah seorang jamaah.
Selain shalat Id, majelis ini juga rutin menggelar kajian keislaman dan kegiatan sosial. “Kami ingin terus mengajak umat untuk meningkatkan keimanan dan kepedulian sosial,” ujar Yusuf Mustaqim.
Dengan adanya perbedaan penentuan Hari Raya Idul Fitri, masyarakat diharapkan tetap menjaga sikap toleransi. “Perbedaan adalah hal biasa, yang terpenting adalah menjaga ukhuwah Islamiyah,” ujarnya.
0 Comments