Fakta Mengejutkan: 400 Siswa SMP di Buleleng Tak Bisa Membaca

Sebanyak 400 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Buleleng, Bali, dilaporkan belum bisa membaca.

UJARAN.CO.ID, BULELENG – Sebanyak 400 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Buleleng, Bali, dilaporkan belum bisa membaca. Fakta ini diungkap langsung oleh Ketua Dewan Pendidikan Buleleng, I Made Sedana, berdasarkan data yang dihimpun dari sekolah-sekolah di sembilan kecamatan.

Jumlah siswa yang tidak bisa membaca di Buleleng ini bervariasi di tiap sekolah, mulai dari beberapa siswa hingga puluhan,” ujarnya.


Sedana menjelaskan bahwa sekolah yang siswanya belum bisa membaca tersebar hampir di seluruh wilayah kecamatan yang ada di Buleleng. Ia menegaskan bahwa informasi tersebut bersumber dari laporan para kepala sekolah yang disampaikan ke Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng.


Data ini masih bisa bertambah, karena sejauh ini baru berasal dari sekolah negeri di bawah dinas, belum termasuk madrasah atau sekolah swasta,” ujarnya.


Dewan Pendidikan Buleleng menilai temuan ini sebagai masalah yang sangat serius dan mendesak untuk segera ditangani oleh semua pihak terkait. Ia menekankan pentingnya tindakan cepat dan langkah strategis untuk menyelamatkan kualitas pendidikan di daerah tersebut.


Kami menilai masalah ini krusial dan tidak bisa dibiarkan. Harus ada upaya serius untuk menangani dan juga mencegah agar tidak terus berulang di masa depan,” ujarnya.


Sedana juga menyinggung kebijakan pemerintah mengenai sistem kenaikan kelas yang membuat siswa terus naik meski belum menguasai kemampuan dasar, termasuk membaca dan mengeja.


“Memang aturan menyatakan tidak boleh lagi ada anak tinggal kelas, tapi bukan berarti kita bisa mengabaikan anak-anak SMP yang belum bisa membaca,” ujarnya.


Ia menyarankan agar para guru mulai mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi di ruang kelas, agar siswa yang mengalami kesulitan dapat diberikan pendekatan dan perhatian khusus.


“Pembelajaran berdiferensiasi sangat penting agar kebutuhan belajar setiap siswa dapat diakomodasi secara adil,” ujarnya.


Selain itu, ia menekankan bahwa salah satu penyebab yang perlu diperhatikan adalah faktor gangguan belajar seperti disleksia, yang mungkin dialami oleh sejumlah siswa tanpa terdeteksi sejak dini.


Disleksia menjadi faktor penting yang tak boleh diabaikan, kami siap bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengatasinya,” ujarnya.


Menurutnya, Dewan Pendidikan telah menyampaikan persoalan ini kepada pemerintah daerah Buleleng agar segera mengambil langkah konkret dan melibatkan tenaga ahli jika diperlukan.


“Kami sudah lapor kepada kepala daerah, dan jika memang penyebabnya adalah faktor khusus, kami siap menggandeng pihak profesional dan lembaga terkait,” ujarnya.

0 Comments