![]() |
Kondisi ini memicu kekhawatiran atas dampak perang dagang global yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia. |
UJARAN.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah hingga tembus ke level Rp17.059 per dolar AS pada perdagangan di pasar Non Deliverable Forward (NDF). Angka tersebut menunjukkan depresiasi tajam dibandingkan posisi sebelum libur Lebaran pada 27 Maret 2025 yang berada di level Rp16.555 per dolar AS.
Kondisi ini memicu kekhawatiran atas dampak perang dagang global yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia. Dalam kebijakan terbarunya, Trump menerapkan tarif impor sebesar 32 persen kepada produk asal Indonesia dengan alasan defisit perdagangan AS yang membengkak.
“Indonesia menjadi korban baru dalam kebijakan tarif resiprokal AS yang memicu ketidakpastian pasar global,” ujar Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Ramdan Denny Prakoso.
Menurut BI, kebijakan tarif ini mengakibatkan barang ekspor asal Indonesia ke AS menjadi lebih mahal, sehingga daya saing produk nasional mengalami penurunan drastis di pasar internasional. Hal ini berisiko menurunkan ekspor dan memperlebar defisit transaksi berjalan.
“Kami melihat dampaknya terhadap sektor ekspor sangat signifikan karena barang Indonesia menjadi tidak kompetitif di pasar AS,” ujarnya.
Ramdan mengatakan, Bank Indonesia memantau secara ketat perkembangan pasar keuangan global dan domestikpasca pengumuman tarif AS pada 2 April 2025, yang kemudian direspons oleh retaliasi tarif dari China pada 4 April 2025.
“Pasar saham global melemah dan yield US Treasury turun ke titik terendah sejak Oktober 2024. Ini menunjukkan gejolak eksternal yang tinggi,” ujarnya.
Menyikapi kondisi tersebut, BI tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melalui strategi triple intervention, yaitu intervensi di pasar valas spot, Domestic NDF, serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
“Langkah ini penting untuk memastikan kecukupan likuiditas valuta asing bagi dunia usaha dan perbankan,” ujarnya.
BI juga mengimbau pelaku pasar agar tetap tenang dan tidak mengambil keputusan spekulatif yang dapat memperparah situasi nilai tukar. Pasar, kata Ramdan, membutuhkan keyakinan dan stabilitas dalam menghadapi tekanan global ini.
“Kami mengutamakan stabilitas dan menjaga sentimen positif di tengah tekanan eksternal yang meningkat,” ujarnya.
Kondisi pelemahan nilai tukar rupiah ini diprediksi akan berimbas pada kenaikan harga barang impor dan meningkatkan beban biaya produksi industri dalam negeri. Pemerintah pun diminta untuk segera merumuskan strategi nasional menghadapi perang dagang dan menjaga ketahanan ekonomi dalam negeri.
“Langkah mitigasi strategis perlu segera diambil, termasuk re-negosiasi dagang dengan AS,” ujarnya.
0 Comments