UJARAN.CO.ID, JAKARTA - Menjelang Hari Raya Idul Fitri, PT Yihong Novatex Indonesia, sebuah perusahaan manufaktur asal Tiongkok yang beroperasi di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, resmi menutup operasionalnya dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 1.126 pekerja.
Penutupan pabrik ini merupakan dampak dari aksi mogok kerja yang berlangsung selama empat hari pada awal Maret 2025. Pihak manajemen perusahaan mengklaim bahwa aksi tersebut menyebabkan pembatalan pesanan dari pembeli, yang berujung pada kerugian finansial signifikan dan keputusan untuk menghentikan operasional secara permanen.
Keputusan ini menjadi pukulan berat bagi para pekerja, terutama karena terjadi saat mereka bersiap menyambut Lebaran, periode di mana kebutuhan ekonomi meningkat. Banyak pekerja kini menghadapi ketidakpastian dalam mencari sumber penghasilan baru.
Perusahaan berjanji akan membayarkan pesangon dan tunjangan hari raya (THR) kepada pekerja yang menerima keputusan PHK pada 17 Maret 2025. Namun, bagi pekerja yang menolak PHK, pembayaran akan dilakukan setelah ada keputusan dari Pengadilan Hubungan Industrial.
Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Cirebon turut menangani kasus ini. Kepala Disnaker Cirebon, Novi Hendrianto, menegaskan bahwa PT Yihong Novatex Indonesia tidak berada dalam kondisi pailit. Oleh karena itu, keputusan PHK massal ini masih perlu dikaji ulang untuk memastikan hak-hak pekerja tetap terpenuhi.
Sutomo, Trantib Kecamatan Astanajapura, membenarkan alasan penutupan perusahaan setelah melakukan pertemuan dengan pihak manajemen. Ia menyatakan bahwa perusahaan menutup usahanya dan melakukan PHK massal pada seluruh karyawan.
PT Yihong Novatex Indonesia dikenal sebagai perusahaan industri yang bergerak di bidang produksi alas kaki. Perusahaan ini baru beroperasi selama dua tahun sebelum akhirnya terpaksa tutup.
Aksi mogok kerja yang dilakukan karyawan menyebabkan keterlambatan pengiriman barang, yang pada akhirnya membuat pembeli membatalkan pesanan mereka. Tanpa adanya pemasukan, perusahaan tidak mampu melanjutkan operasionalnya.
Kini, ratusan pekerja berharap ada solusi terbaik agar mereka bisa kembali bekerja dan tetap dapat merayakan Lebaran dengan sukacita. Pemerintah daerah diharapkan dapat memediasi konflik antara pekerja dan manajemen perusahaan untuk mencapai kesepakatan yang adil bagi kedua belah pihak.
Kejadian ini menjadi perhatian serius bagi sektor industri di Cirebon, mengingat dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan akibat PHK massal tersebut. Diharapkan langkah-langkah strategis dapat diambil untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
0 Comments